Saturday, June 25, 2011

ANALISIS REAKSI PASAR MODAL TERHADAP KENAIKAN HARGA BBM (Studi Kasus: di Bursa Efek Jakarta untuk Saham-Saham LQ45)


St Tri Adi Setyawan

TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2006


ABSTRACT

During year 2005 natural world oil price of increase of gyration 40 ACE dollar per barrel till gyration 60 ACE dollar per barrel. Considering functioning oil as production process materials and fuel for industry, hence oil increase of price cause production cost burden for industry so that will weaken basal aspect of company. Impact of company share price will tend to experience of degradation. In this research increase of price of BBM event happened twice that is 1 March 2005 and 1 October 2005 and anticipated to influence commerce volume and share price movement creation in JSX.

This research use method analysis study event which weared many in researches of study event, for example by Suryawijaya and of Setiawan (1998), Affandi, al et (1998), and Paultje (2001). First step taken determining period of research. Period of research the used is 70 stock day which consist of period of estimation (period estimation) and period of event (period event). Period of estimation which used in this research is during 60 day, that is t-65 till t-6 before day event of [1 March 2005 (increase of price of BBM 1) and 1 October 2005 (increase of price of BBM 2).

Result of research increase of price of BBM 1 March 2005 and 1 October 2005 causing existence of fluctuation of price of share in Jakarta Stock Exchange. React capital market to existence of increase of price of BBM is true can be anticipated to remember issue in around increase of BBM have circulated before date of increase. Price of share react moment there announcement of about increase of price BBM, but pursuant to result of research show difference abnormal return and total volume activity not signifikan at before and hereafter announcement of increase of price BBM. Others there are not difference of average abnormal return which signifikan of increase of price of BBM 1 March 2005 by 1 October 2005.


ABSTRAKSI

Selama tahun 2005 harga minyak dunia mengalami kenaikan dari kisaran 40 dolar AS per barel hingga kisaran 60 dolar AS per barel. Mengingat minyak berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan proses produksi bagi industri, maka kenaikan harga minyak menyebabkan beban biaya produksi bagi industri sehingga akan melemahkan aspek fundamental perusahaan. Dampaknya harga saham perusahaan akan cenderung mengalami penurunan. Dalam penelitian ini peristiwa kenaikan BBM terjadi dua kali yaitu 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005 dan diduga mempengaruhi terciptanya pergerakan harga saham dan volume perdagangan di BEJ.

Penelitian ini menggunakan metode analisis event study yang banyak dipakai dalam penelitian-penelitian event study, antara lain oleh Suryawijaya dan Setiawan (1998), Affandi, et al (1998), dan Paultje (2001). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan periode penelitian. Periode penelitian yang digunakan adalah 70 hari bursa yang terdiri dari periode estimasi (estimation period) dan periode peristiwa (event period). Periode estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 60 hari, yaitu t-65 hingga t-6 sebelum event day tanggal 1 Maret 2005 (kenaikan harga BBM) dan 1 Oktober 2005 (kenaikan harga BBM 2).

Hasil penelitian pada kenaikan harga BBM tanggal 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005 menyebabkan adanya fluktuasi harga saham di Bursa Efek Jakarta. Reaksi pasar modal terhadap adanya kenaikan harga BBM memang bisa diduga mengingat isu seputar kenaikan BBM sudah beredar sebelum tanggal kenaikan. Harga saham bereaksi saat ada pengumuman tentang kenaikan harga BBM, tetapi berdasarkan hasil penelitian menunjukkan perbedaan abnormal return dan total volume perdagangan tidak signifikan pada sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM. Selain itu tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan kenaikan harga BBM 1 Maret 2005 dengan 1 Oktober 2005.


PENDAHULUAN

Kebutuhan subsidi BBM di tahun 2005 dirasakan cukup besar, hal tersebut dikarenakan terjadinya kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional. Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas pengeluaran rutin serta dengan berbagai pertimbangan yang lain, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengupayakan pengurangan atau penurunan subsidi BBM melalui peningkatan harga jual BBM. Pada tahun 2005 penyesuaian harga atau kenaikan harga jual BBM telah-dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada tanggal 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005.

Penurunan subsidi BBM yang dilakukan oleh pemerintah di satu sisi akan mengurangi beban pengeluaran pemerintah dalam anggaran dan beban subsidi dapat dialokasikan untuk kepentingan yang lain, namun di sisi lain kebijakan tersebut mengharuskan pemerintah untuk menaikkan harga jual BBM. Dengan adanya kenaikan harga BBM tersebut dapat dipastikan menimbulkan apa yang disebut dengan efek spiral. Efek spiral yang bakal muncul adalah adanya kenaikan harga semua barang dan jasa. Sektor yang langsung terpengaruh oleh kenaikan harga BBM adalah sektor transportasi dan sektor industri.

Di sektor transportasi, akibat kenaikan harga BBM praktis akan menaikkan tarif jasa angkutan penumpang dan barang. Dalam operasi angkutan pengeluaran untuk BBM menyedot sekitar 15%-25 % DOC (direct operating cost). Di sektor industri, kenaikan harga BBM selain mempengaruhi proses produksi yangmenggunakan BBM, juga berpengaruh terhadap sektor transportasi baik angkutan bahan baku maupun distribusi hasil produksi. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi biaya produksi. Dengan meningkatnya biaya produksi diprediksikan harga jual produk akan mengalami kenaikan pula, dan selanjutnya akan mendorong laju inflasi (Handoko dan Susilo, 2000).

Aktifitas suatu sektor dalam perekonomian tidak terlepas dengan sektor- sektor perekonomian lainnya, sehingga kebijakan yang berkaitan langsung dengan sektor tersebut akan berimbas pada perekonomian secara makro (Purwoto, 1997). Demikian pula penurunan subsidi BBM yang berpengaruh langsung pada sector transportasi dan sektor industri, pada akhirnya juga akan berdampak pada sektor-sektor lain dalam perekonomian ( Susilo, 2002)

Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan sebagai bagian dari instrumen perekonomian yang mempertemukan modal dari pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana. Oleh karena itu komitmen pemerintah Indonesia terhadap peran Pasar Modal tercermin di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, dimana dinyatakan bahwa Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.

Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka Pasar Modal tidak terlepas dari pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan ekonomi mikro yaitu peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian deviden, perubahan strategi perusahaan atau keputusan strategis dalam Rapat Umum Pemegang Saham akan menjadi informasi yang menarik bagi para investor di Pasar Modal. Disamping lingkungan ekonomi mikro, perubahan lingkungan yang dimotori oleh kebijakan-kebijakan makro ekonomi kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun regulasi pemerintah dalam sektor riil dan keuangan, akan pula mempengaruhi gejolak di Pasar Modal (Suryawijaya dan Setiawan, 1998).

Resiko investasi di Pasar Modal pada prinsipnya sangat terkait erat dengan terjadinya volatilitas harga saham, dimana naik turunya harga saham ini dipengaruhi oleh informasi. Suatu informasi yang membawa kabar baik (good news) akan menyebabkan harga saham naik, dan sebaliknya informasi tersebut buruk (bad news) akan menyebabkan harga saham turun. Informasi makro berkenaan dengan kondisi pasar berupa berita politik, kebijakan ekonomi nasional, serta kebijakan berkaitan dengan pasar modal. Informasi mikro adalah informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan seperti kebijakan dividen payment, investasi, new product launching. Informasi yang dimiliki oleh investor akan tertransformasi dalam bentuk naik-turunnya volume transaksi harian dan frekuensi transaksinya. Volatilitas terjadi karena ada sebagian informasi privat yang terungkap melalui proses transaksi, dan bukan karena peningkatan penyebaran informasi publik  (Wibowo, 2004).

Tingkat kepekaan dinamika Pasar Modal akan berkembang sensitivitasnya, tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi mikro dan makro ekonomi saja, akan tetapi faktor-faktor non ekonomi, seperti peristiwa-peristiwa ketatanegaraan yang sarat dengan nuansa politik dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah telah pula mempengaruhi pergerakan Pasar Modal. Sejak bulan Mei 2004 harga minyak dunia pada kisaran 40 dolar AS per barel dan harga ini terus bergerak naik selama tahun 2005 hingga lebih dari 60 dolar AS per barel. Kenaikan harga BBM yang terjadi pada tanggal 1 Maret 2005 dan 1 Oktober 2005 memungkinkan berdampak ke pasar modal. Mengingat minyak berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan proses produksi bagi industri, maka kenaikan harga minyak menyebabkan beban biaya produksi bagi industri sehingga akan melemahkan aspek fundamental perusahaan. Dampaknya harga saham perusahaan akan cenderung mengalami penurunan. Hal ini merupakan faktor yang menjadikan indeks bursa regional mengalami penurunan termasuk dampaknya pada IHSG di BEJ (Wahyudi, 2004). Berdasarkan data pada waktu kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Maret dan 1 Oktober 2005, justru setelah pengumuman kenaikan menunjukan kenaikan harga saham yang tercermin dengan kenaikan IHSG.

Kenaikan harga BBM yang terjadi pada tanggal 1 Maret 2005 terjadi pada hari Selasa dan IHSG pada tanggal tersebut ditutup pada posisi 1.093,281 sedangkan indeks LQ 45 pada posisi 237,449. Pada hari itu justru mengalami kenaikan IHSG dan indeks LQ dibanding satu hari sebelum kenaikan harga BBM. Sedangkan kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Oktober 2005 bertepatan dengan hari Sabtu dimana seluruh bursa saham libur. Bursa saham dibuka kembali pada hari Senin 3 Oktober 2005. Satu hari sebelum kenaikan harga BBM, IHSG pada posisi 1.079,28 dan indeks LQ 45 pada posisi 235,81. Setelah kenaikan harga BBM, IHSG dan LQ 45 justru mengalami kenaikan. Dari kedua peristiwa tersebut bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2004) bahwa dampak kenaikan harga BBM maka harga saham perusahaan akan cenderung mengalami penurunan.

Menurut Suryawijaya dan Setiawan (1998) Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal. Para investor dapat juga melakukan pengamatan tentang informasi volume perdagangan dikaitan dengan harga saham. Saham dengan volume perdagangan tinggi akan menghasilkan return saham yang tinggi (Chordia et al, 2000). Beberapa peneliti menunjukan hasil yang berbeda, penelitian yang dilakukan Cheng et al, (2001) menyatakan volume perdagangan tidak signifikan mempengaruhi return sahan sementara penelitian yang dilakukan Chen et al, (2001) menunjukan volume perdagangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini berusaha mengkaji kaitan antara perubahan harga saham dan aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Jakarta dengan kejadian kenaikan harga BBM yang terjadi selama tahun  2005 dengan Proxy saham-saham LQ 45. Penelitian ini mencoba menguji kekuatan informasi (information content) dari suatu peristiwa terhadap aktivitas di bursa efek, atau mengamati reaksi pasar modal terhadap event berupa kenaikan harga BBM.


Perumusan Masalah

Suatu informasi akan mendapatkan reaksi pasar hanya apabila informasi memiliki kandungan nilai ekonomi. Untuk mengukur seberapa besar reaksi pasar ini dapat digunakan pendekatan abnormal return. Suatu peristiwa yang mengandung informasi akan memberikan abnormal return dan sebaliknya peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return bagi investor (Jogiyanto, 2000).

Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, akibatnya para pelaku pasar modal harus secara tepat memilah informasi-informasi yang layak (relevan) dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan.

Selama tahun 2005 harga minyak dunia mengalami kenaikan dari kisaran 40 dolar AS per barel hingga kisaran 60 dolar AS per barel. Mengingat minyak berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan proses produksi bagi industri, maka kenaikan harga minyak menyebabkan beban biaya produksi bagi industri sehingga akan melemahkan aspek fundamental perusahaan. Dampaknya harga saham  perusahaan akan cenderung mengalami penurunan. Dengan adanya perubahan angka indeks sebelum dan setelah kenaikan harga BBM, maka dalam penelitian ini akan dibahas beberapa masalah yang berkaitan dengan adanya perubahan angka indeks, antara lain :

1.          Apakah kenaikan harga BBM tersebut memberikan abnormal return.

2.   Apakah ada perbedaan abnormal return sebelum kenaikan harga BBM dan abnormal return setelah kenaikan harga BBM.

3.         Apakah ada perbedaan aktivitas perdagangan sebelum dan setelah kenaikan harga BBM .

4.        Apakah ada perbedaan abnormal return kenaikan 1 Maret 2005 dengan 1 Oktober 2006.


No comments:

Das Kapital

Das Kapital by Karl Marx My rating: 5 of 5 stars Karl Marx's Capital can be read as a work of economics, sociology and history. He...