Tema “Indonesia Naik Kelas” sangat berkaitan dengan
komitmen dan upaya pemerintah untuk mewujudkan salah satu sasaran RPJMN
2015-2019, yaitu menjadikan Indonesia negara maju sekaligus keluar dari
perangkap negara berpendapatan menengah pada tahun 2030. Pencapaian sasaran ini
membutuhkan transformasi struktural yang didukung kebijakan yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, serta peningkatan
kesejahteraan secara berkelanjutan. Sebagaimana diketahui, perekonomian
Indonesia bertransformasi dengan cepat dari perekonomian yang mengandalkan
sumber daya alam ke perekonomian yang berbasis pengolahan untuk kemudian
terhenti karena krisis ekonomi.
Transformasi ekonomi memang tetap berlanjut
pascakrisis meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat. Prosesnya ditandai
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah daripada periode sebelum
krisis, peningkatan peran sektor jasa, termasuk dalam menyerap realokasi tenaga
kerja dari sektor pertanian, serta gejala deindustrialisasi yang ditunjukkan
oleh penurunan kinerja industri pengolahan. Kondisi ini ditengarai sebagai
pertanda bahwa kita dimungkinkan untuk terjebak dalam pendapatan menengah
(middle income trap) dan menjadi agak sulit untuk naik kelas ke negara
berpendapatan tinggi. Kajian yang dilakukan Felipe pada 2012 menunjukkan
Indonesia masih dikategorikan rentan terhadap middle income trap karena kita
masih memiliki momentum untuk menatastruktur perekonomian. Hal ini terlihat
dari rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita kita yang sebesar3,9% dalam
periode 2000-2010 atau masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan
penduduk (1,4%). Selain itu, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan nilai
tambah sektor industri (4,8%) masih relatif lebih tinggi bila dibandingkan
dengan peningkatan nilai tambah di sektor pertanian (4,2%).
RPJMN 2015-2019 menargetkan, perekonomian nasional
tumbuh rata-rata 6-8% dalam lima tahun sehingga kita mampu mewujudkan produk
domestik bruto (PDB) per kapita sekitar USD7.000 dengan tingkat kemiskinan dan
pengangguran yang dapat diturunkan masing-masing menjadi 7-8% dan 4-5% pada
2019. Target-target tersebut menjadi titik tolak untuk mengarah pada pencapaian
pendapatan per kapita yang setara dengan negara berpendapatan menengah atas
pada 2025. Apabila kita dapat melanjutkan pertumbuhan yang tinggi dan pada saat
yang sama meningkatkan kualitas distribusi pendapatan antar kelompok dan antar
wilayah dalam struktur sosial ekonomi yang lebih kokoh, status Indonesia
sebagai negara maju mungkin dapat diwujudkan dalam kurun waktu kurang dari 25
tahun.
Keyakinan ini didasarkan pada, pertama, Indonesia
memiliki peluang meraih percepatan pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan
peningkatan ketersediaan penduduk usia produktif (kerja) yang besar sebagai
hasil dari bonus demografi pada periode 2025-033. Kedua, pemerintah terus
memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan melalui dukungan alokasi anggaran
yang memadai dalam rangka menciptakan tenaga kerja yang memiliki produktivitas
tinggi dan kompeten. Ketiga, pembangunan infrastruktur untuk mendukung
konektivitas antarwilayah dipercepat yang sangat diperlukan untuk transformasi
struktur produksi dalam negeri dan peningkatan peran Indonesia di pasar
internasional.
Keempat, efektivitas iklim usaha terus ditingkatkan
melalui perbaikan kerangka regulasi, pemangkasan prosedur, penghapusan
pungutan, dan pelayanan publik yang lebih andal. Kelima, pertumbuhan investasi
yang cukup tinggi dalam lima tahun terakhir (6,9%) diharapkan mampu mendorong
percepatan transfer teknologi, peningkatan daya saing sektor riil, dan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa. Keenam, adanya komitmen
tinggi untuk meningkatkan layanan keuangan melalui penguatan lembaga keuangan
dan pasar uang/ modal serta perluasan jangkauan layanan keuangan.
Ketujuh, perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dapat dimanfaatkan untuk penciptaan proses yang lebih efisien dan
andal di berbagai bidang.
Cita-cita untuk naik kelas merupakan cita-cita
bersama, dan pemerintah mengapresiasi berbagai inisiatif yang telah diakukan
oleh berbagai pihak di tingkat pusat, daerah, serta pemangku kepentingan swasta
dan masyarakat. Semua komponen sudah menunjukkan komitmen kuat untuk mendorong
percepatan pembangunan dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan
sumber daya dan peluang yang ada.
Dunia usaha, termasukBUMN, telah menunjukkan
upaya-upaya inovatif yang menjadikannya semakin mampu menjadi pelaku utama
pembangunan di masa yang akan datang. Peran swasta dan BUMN yang lebih besar,
misalnya dalam pembiayaan infrastruktur, menjadi kunci keberhasilan pembangunan
infrastruktur nasional ke depan.
Transformasi peran BUMN yang sedang berlangsung,
termasuk rencana pembentukan holding, diharapkan mampu memperkuat peran BUMN
sebagai lokomotif pembangunan. Ke depan, BUMN diharapkan menjadi pionir dalam
mendorong investasi, pembangunan konektivitas, serta perluasan jangkauan dan
peningkatan kualitas penyediaan layanan bagi masyarakat.
Harapan besar terhadap peningkatan peran dunia usaha
dalam adaptasi teknologi juga merupakan bentuk dari bekerjanya sistem inovasi
yang efektif dalam keterpaduan peran akademisi, pemerintah, dunia usaha,dan
masyarakat (quadro helix). Melalui peningkatan riset dan penerapan teknologi,
dunia usaha dapat menjadi bagian dari creative destruction yang salah satunya
dicirikan melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan dan penerapan platform digital oleh
dunia usaha dengan memanfaatkan berbagai dimensi informasi dan data telah
mendorong transformasi menjadi usaha yang lebih efisien serta menciptakan
sophistication dalam proses produksi dan penyediaan layanan bagi konsumen.
Dalam tiga tahun terakhir, multiplier effect dari transformasi struktural yang
melibatkan inovasi dan kemajuan teknologi sudah dirasakan sangat besar.
Konsep layanan berbasis digital dan sharing economy,
misalnya, telah mampu menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi tetap mampu
mempertahankan tingkat penyerapan tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga,
bahkan mampu menambah peluang bidang usaha. Model yang dikembangkan dunia usaha
dalam berinovasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi juga menjadi benchmark
atau rujukan bagi pemerintah untuk meningkatkan respons terhadap kebutuhan
masyarakat.
Penerapan eoffice, e-procurement, e-licensing,
e-health, e-planning, dan digitalisasi layanan publik lainnya sudah menjadi
kebutuhan untuk memperpendek birokrasi dan administrasi, mengurangi transaction
cost hingga memperkecil peluang korupsi. Hasilnya diharapkan mampu meningkatkan
nilai tambah dan daya saing perekonomian serta memperbesar peluang lndonesia
untuk naik kelas.
Kita semua menyadari, apa yang diupayakan pemerintah
dengan dukungan dunia usaha perlu memberikan manfaat yang merata bagi seluruh
bangsa Indonesia. Program pembangunan tidak lagi tersentralistik di Pulau Jawa,
melainkan diarahkan untuk upaya pemerataan ke luar Pulau Jawa. Sistem otonomi
daerah harus dimanfaatkan kepala daerah untuk memunculkan kreativitas
masingmasing, konteks spesifik, dan lokasi spesifik.
Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh
pemerintah daerah adalah menerapkan kebijakan peningkatan inovasi yang
mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru yang berdaya saing. Menurut
UNESCO, pada 2015 Indonesia memproduksi lebih dari 140.000 lulusan sarjana
insinyur per tahun atau terbesar keenam di seluruh dunia.
Sarjana insinyur ini diharapkan tidak saja mampu
menjadi tenaga kerja yang profesional dan kompeten, melainkan juga menjadi
embrio bagi terbentuknya usaha-usaha yang berdaya saing di masa akan datang.
Peran pemerintah yang dibutuhkan dalam hal ini adalah memastikan adanya
ekosistem yang mampu memberikan kepastian bagi investasi yang masuk serta
mendukung komersialisasi ide-ide yang berkembang di masyarakat menjadi sebuah
produk dan usaha yang berdaya saing.
Buah-buah kreativitas harus mampu menciptakan
program dan kegiatan yang inovatif di daerah sehingga mampu mengatasi berbagai
tantangan pembangunan ke depan dan mendorong perekonomian Indonesia untuk naik
kelas.
Indonesia pada dasarnya tidak kekurangan
talenta-talenta yang mampu membangun bangsa, baik dari sisi pemerintah daerah
mau pun dunia usaha. Dengan kerja keras, kerja smart, kerja berkomunikasi, dan
kerja bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, swasta, dan
seluruh lapisan masyarakat, saya yakin Indonesia bisa naik kelas.
Bambang Ps
Brodjonegoro, Menteri PPN; Kepala Bappenas
KORAN SINDO, 08 November 2016
No comments:
Post a Comment