Perekonomian global menghadapi tantangan yang sangat
berat setelah Brexit dan setelah dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden
(ke-45) Amerika Serikat. Berbagai pemangku kepentingan, seperti pelaku pasar,
merasa cemas terhadap prospek perekonomian global ke depan. Namun, masih ada
tanda-tanda optimisme setelah memasuki awal tahun 2017 di mana siklus ekonomi
dunia mengindikasikan bahwa selama satu semester ke depan perekonomian global
masih menjanjikan.
Beberapa Indikator
Setidak-tidaknya terdapat enam indikator utama yang
mendukung optimisme perkembangan perekonomian global ke depan tersebut. Indikator
pertama adalah data klaim jumlah penganggur setiap minggu di pasar tenaga kerja
AS. Indikator tersebut merupakan penanda awal kekuatan ekonomi AS secara
keseluruhan. Data pengangguran merupakan indikator jeda (lagging indicator)
dari suatu perekonomian AS. Jika suatu perekonomian AS kuartal ini mengalami
perlambatan, jumlah pengangguran AS akan meningkat pada kuartal berikutnya,
yaitu ada jeda antara kinerja ekonomi dan jumlah pengangguran di AS. Selain
itu, data pengangguran AS dapat dijadikan sebagai proyeksi perekonomian AS
jangka pendek.
Data klaim pengangguran AS selalu terbarukan dan
tersedia mingguan. Berdasarkan analisis, data klaim pengangguran AS merupakan
leading indicator-indikator utama-harga saham AS. Secara keseluruhan data klaim
pengangguran AS di bulan Januari relatif rendah dan mengindikasikan tren
penurunan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Ini diperkuat oleh
membaiknya harga saham AS, baik yang dicatat oleh Dow Jones maupun oleh Nasdaq.
Indikator kedua adalah Institute for Supply
Management Manufacturing Index (ISM). Indeks ini merupakan penanda kuat
proyeksi perekonomian AS 3-6 bulan ke depan walaupun pangsa sektor manufaktur
AS terhadap produk domestik bruto (PDB) relatif kecil dibandingkan dengan sektor
utama lainnya. Jika indeks ini meningkat, dapat dipastikan kinerja perekonomian
AS kuartal depan akan membaik. Seiring dengan klaim jumlah pengangguran yang
menurun, data ISM AS ikut memperkuat optimisme pemulihan ekonomi AS.
Indikator ketiga adalah data subkomponen dari survei
ISM, yaitu data jumlah pesanan baru produk manufaktur beserta inventorinya.
Pada Januari 2017 terjadi peningkatan jumlah pesanan baru untuk produk
manufaktur di AS di tengah-tengah jumlah persediaan yang relatif rendah. Ini mengindikasikan
akan terjadi tambahan produksi untuk masa-masa mendatang dalam memenuhi pesanan
tersebut yang berarti akan terjadi akselerasi aktivitas ekonomi AS.
Indikator keempat adalah rasio belanja eceran
terhadap produksi industri di China. Angka ini dapat digunakan sebagai penanda
siklus kecenderungan perekonomian dan indikator perubahan struktural
perekonomian China dari ekspor ke konsumsi domestik, dari outward looking ke
inward looking economy. Ini merupakan salah satu indikator penting, baik bagi perekonomian
China maupun bagi perekonomian global ke depan.
Walaupun rasio belanja eceran terhadap produksi
industi terlihat tak menentu, kecenderungannya semakin meningkat sejak krisis
keuangan global tahun 2008. Ini menunjukkan bahwa belanja konsumsi masyarakat
China masih tetap kuat di tengah penurunan output industrinya.
Indikator kelima adalah data perdagangan
internasional Korea Selatan yang secara konsisten dilaporkan pada hari pertama
setiap awal bulan tercepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Korea
Selatan adalah suatu negara dengan perekonomian terbuka dan punya partner
dagang dengan negara-negara di seluruh belahan dunia. Partner dagang utamanya
terdiri dari AS, China, Jepang, dan Uni Eropa sehingga data perdagangan
internasional Korea Selatan dapat digunakan sebagai indikator kinerja
perdagangan global.
Setelah ada kecenderungan menurun beberapa tahun
terakhir, data perdagangan Korea Selatan menunjukkan tandatanda pemulihan sejak
November 2016, khususnya pertumbuhan ekspornya; dan pada Januari 2017 mengalami
peningkatan sangat signifikan. Dengan memperhatikan data perdagangan Korea
Selatan, optimisme kinerja perekonomian global dipastikan masih bertumbuh.
Mencermati data perdagangan Korea Selatan tersebut,
bisa jadi perlambatan perdagangan global akhir-akhir ini adalah suatu fenomena
temporer. Penyebabnya berbagai faktor yang di antaranya bersumber dari krisis
Uni Eropa yang berkepanjangan, penurunan tajam harga komoditas, perlambatan
tajam ekonomi Brasil, Rusia, dan emerging economies lainnya; serta regulasi
yang ketat terhadap perbankan internasional yang menghambat pembiayaan
transaksi perdagangan global. Jika fakta ini valid, sebenarnya ekonomi global
sedang mengarah pada pemulihan seandainya tidak direcoki oleh Trumponomics.
Memasuki Fase Pemulihan
Indikator terakhir adalah Ifo Business Climate Index
bulanan untuk perekonomian Jerman. Data ini dapat digunakan sebagai indikator
siklus perekonomian Eropa secara keseluruhan, mengingat Jerman adalah pusat
dari perekonomian Eropa. Jika indeks ini meningkat, dapat dimaknai perekonomian
Uni Eropa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Survei Ifo mencatat bahwa
sejak semester II tahun 2016, angkanya telah menunjukkan kecenderungan yang
meningkat.
Mencermati enam indikator utama di atas, secara keseluruhan
sebenarnya perekonomian global telah mengarah pada fase pemulihan walaupun di
tengah-tengah proses tersebut dibayang-bayangi oleh konsekuensi negatif dari
Brexit dan Usxit. Dan, berdasarkan pengalaman masa lampau, keenam indikator
tersebut telah mengirim sinyal bahwa satu semester ke depan perekonomian global
akan mengalami peningkatan kinerja yang signifikan. Namun, kepastian proyeksi
dan optimisme tersebut masih bergantung pada seberapa besar badai
proteksionistik Trump, implementasi Brexit, dan pemilu presiden di Perancis
pada Juni 2017 akan menghambat laju pemulihan perekonomian global.
Tri Winarno, Peneliti Ekonomi Bank Indonesia
KOMPAS, 18 Februari 2017
No comments:
Post a Comment